News Update :

Antisipasi dampak gempa Jepang terhadap ekonomi Jatim

Eksportir didorong lakukan diversifikasi pasar ekspor

SURABAYA, kabarbisnis.com: Gempa dan tsunami yang mengguncang Jepang pada akhir pekan lalu harus mendapat perhatian serius dari stakeholder perekonomian Jatim. Bencana ini mendonorkan konsekuensi yang tak ringan bagi perekonomian Jepang dan dunia.

Demikian sari pendapat dari Ketua Umum Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti, Deputi Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Wibisono, dan Kepala Bidang Perdagangan Internasional Disperindag Jatim Liri Idham yang diwawancarai secara terpisah oleh kabarbisnis.com di Surabaya, Senin (14/3/2011).


Ketua Umum Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti menuturkan, bagi Indonesia, Jepang adalah pasar ekspor terbesar. Demikian pula bagi Jatim. "Pelambatan ekspor ke Jepang pasti terjadi, setidaknya dalam setahun ini, menunggu recovery ekonomi di sana. Merosotnya ekspor ke Jepang akan berpengaruh pada di industri-industri di Jatim yang menjadikan Jepang sebagai pasar utama," jelas La Nyalla.

Berdasarkan data BPS, pada 2010, ekspor nonmigas Jatim ke Jepang mencapai USD 2,360 miliar atau 18 persen terhadap total ekspor, tertinggi dibanding ekspor ke negara-negara lain (diikuti ekspor ke China USD 1,296 miliar, Malaysia USD 1,270 miliar, dan AS USD 1,264 miliar).

Adapun impor Jatim dari Jepang hanya sebesar USD 943,25 juta. Sehingga, surplus perdagangan antara Jatim dan Jepang mencapai USD 1,417 miliar. Surplus neraca Jatim dan Jepang ini adalah surplus terbesar dibanding neraca perdagangan dengan negara lainnya. Surplus neraca perdagangan Jatim terbesar kedua dan ketiga ditempati Malaysia dan Amerika Serikat masing-masing sebesar USD 800,965 juta dan USD 84,71 juta.

Awal tahun ini, Jepang juga tetap menjadi tujuan favorit berbagai produk ekspor Jatim. Pada Januari 2011, ekspor Jatim yang terbesar tetap tertuju ke Jepang sebesar USD 230,381 juta atau atau sekitar 16,5 persen terhadap total ekspor nonmigas sepanjang Januari 2011 yang mencapai USD 1,4 miliar.

"Sebagai pasar terbesar bagi produk-produk ekspor Jatim, gempa Jepang ini tentu saja akan mengganggu kinerja ekspor Jatim. Pada gilirannya, kinerja perekonomian Jatim secara keseluruhan akan terimbas, mengingat 48,57 persen perekonomian Jatim yang tumbuh 6,67 persen pada tahun lalu ditopang oleh kegiatan ekspor," ujar La Nyalla.

Deputi Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya Bidang Ekonomi Moneter, Wibisono, mengatakan, gempa dan tsunami tersebut jelas akan memukul perekonomian, meski transmisi dampak gempa terhadap perekonomian Jepang dan dunia belum bisa dipastikan besar dan lamanya. "Magnitude-nya seberapa, kita akan kaji dulu," ujar Wibisono.

Wibisono memastikan, dalam jangka pendek ekspor Jatim ke Jepang akan terganggu. Demikian pula impor dari Jepang ke Jatim. Untuk ekspor, produk yang cukup mendominasi adalah produk-produk furniture dan makanan olahan laut.

"Short term pasti ada gangguan. Akan ada penjadwalan ulang, baik untuk pengapalan barang maupun pembayaran," jelasnya.

Yang juga harus diwaspadai adalah jika perekonomian Jepang benar-benar terpukul dalam skala yang parah, maka dampak ke negara-negara lain di dunia pasti juga terasa. Hal ini mengingat Jepang negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia di bawah Amerika Serikat dan China. PDB Jepang saat ini mencapai US$5,47 triliun. Utang Jepang yang mencapai lebih dari dua kali lipat PDB-nya juga berpotensi membengkak dan menimbulkan kekhawatiran gagal bayar.

"Alhasil, hubungan perdagangan Jatim dengan negara-negara lain juga bakal terganggu karena semua negara terimbas pelambatan ekonomi Jepang," ujar Wibisono.

"Kalau dampaknya kami belum mengetaui secara pasti sampai sejauh mana, karena kejadiannya baru kemarin. Tapi saya rasa pasti berpengaruh besar karena selama hampir dua dekade, Jepang selalu rangking satu sebagai negara tujuan ekspor Jatim," ungkap Kepala Bidang Perdagangan Internasional Disperindag Jatim Liri Idham.

Diversifikasi pasar ekspor

La Nyalla menuturkan, bencana di Jepang yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor Jatim ini mengingatkan kepada seluruh stakeholder perekonomian Jatim tentang pentingnya melakukan diversifikasi pasar ekspor.

Selama ini, ekspor Jatim memang hanya tersentral pada negara-negara utama seperti Jepang, China, Amerika Serikat, dan Malaysia. "Pasar ekspor produk Jatim bisa digenjot ke negara di kawasan Timur Tengah dan Amerika Latin yang belum banyak digarap. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan mengandalkan riset pemasaran yang canggih guna menjaring potensi pengembangan ekspor ke negara-negara tersebut," ujar La Nyalla yang juga mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jatim tersebut. kbc5/kbc6

sumber:kabarbisnis.com
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright NANTAKU 2010 -2011 | Design by DuaKutub | Published by Tangga Karir | Powered by Blogger.com.