News Update :

Masalah dalam Upaya Menumbuhkan Minat Baca

Fungsi utama perpustakaan adalah untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca, dengan program program yang dibuatnya, perpustakaan di tuntut untuk menjadi pelopor untuk menarik mmasyarakat agar dekat dengan sumber informasi, dan pustakawan berperan sebagai agen perubahan untuk menciptakan masyarakat membaca.

Membangun kebiasaan membaca bukanlah pekerjaan yang mudah, tidak hanya membeli buku dan membangun perpustakaan, akan tetapi bukan juga pekerjaan yang terlalu sulit untuk dilakukan. Pada zaman sekarang ini, untuk menemukan informasi bukanlah pekerjaan sulit, tetapi bukan berarti dengan banyak informasi yang tersedia, minat baca dari masyarakat meningkat melainkan tetap rendah, berarti bukan dikarenakan tidak adanya informasi mengakibatkan minat baca masyarakat rendah, tatapi karena adanya psikologis dan mentalitas yang rendah dalam masyarakat, mungkin hal ini juga di dorong dengan adanya perekonomian yang kurang baik. Untuk membangun gemar membaca harus dimulai sejak dini, dan apabila ingin membangun masyarakat membaca, harus dilakukan secara simultan dan continuous dalam membangun masyarakat gemar membaca.

Mungkin pada dewasa ini banyak beredar buku yang membahas tentang teori teori minat baca, yang mana kebanyakan dari semua buku tersebut membahas tentang orang tua atau guru dalam mengkondisikan anak atau murid, terutama usia balita sampai sekolah dasar, supaya gemar membaca dan banyak ditulis dikoran, dibuat topic penelitian. Namun topic ini masih menarik, mengapa? Karena meskipun banyak buku, penelitian yang membahas tentang minat baca, tetapi dalam kenyataan minat baca masyarakat masih rendah.
Tidak dapat dipungkiri, untuk meningkatkan minat baca pada anak bukan perkerjaan yang mudah, karena banyak hal yang menyebabkan tidak mudahnya menumbuhkan minat baca, khususnya pada anak, seperti dikarenakan pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak / siswa/mahasiswa harus membaca, mencari informasi / pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan. Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dari buku. Ketiga, banyak tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, mall, supermarket dan lain-lain. Keempat, budaya baca memang belum diwariskan secara maksimal oleh nenek moyang. Kita terbiasa mendengar dan belajar dari berbagai dongeng, kisah, adat istiadat secara verbal dikemukakan orang tua, tokoh masyarakat penguasa zaman dulu, anak-anak didongengi secara lisan, tidak ada pembelajaran secara tertulis, jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan, dan yang kelima adalah belum adanya sarana yang biasanya berupa perpustakaan yang memadahi guna sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca pada anak, apalagi perpustakaan yang terdapat pada desa desa yang jauh dari kota besar.

Sudah kita ketahui bersama, bahkah sudah hafal, mengenai apa yang pernah dikatakan oleh leluhur bangsa kita, yaitu sebuah kata yang sangat bermakna “membaca adalah kunci ilmu, sedangkan buku adalah gudangnya ilmu” tetapi sayangnya kata ini sekedar kata yang hanya dibunyikan semata tanpa di renungi maknanya. Dengan kata lain membaca bukan merupakan kebutuhan pokok yang harus di penuhi, Ahmad tohari dalam salah satu tulisannya di harian republika mengemukakan bahwa mahasiswa atau pelajar lebih risau jika pulsa HPnya habis dari pada buku referensi.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright NANTAKU 2010 -2011 | Design by DuaKutub | Published by Tangga Karir | Powered by Blogger.com.