News Update :

Masyarakat Informasi

Istilah masyarakat informasi (information society) muncul sejak tahun 1962 yang dikenalkan pertama kali oleh Fritz Machlup. Menurut Maclub, masyarakat informasi dapat dilihat dari lima indikator: (1) pendidikan; (2) media komunikasi; (3) mesin informasi; (4) layanan informasi; dan (5) penelitian dan pengembangan. Selain itu juga masyarakat informasi dapat ditinjau dari indicator ekonomi dan ketatanegaraan.

Machlup memprediksi bahwa pada tahun 2000, orang akan cenderung banyak bekerja utnuk mengelola informasi dari pada menegelola barang dan energi. Machlup merupakan salah satu penggagas konsep masyarakat informasi selain beberapa nama yang lebih populer, seperti Daniel Bell, Edwin Parker, Marc Poratt, Peter F. Drucker, John Naisbit dan Alfin Toffler


Frank Webster dalam artikelnya yang berjudul ”Information Society” secara cukup konprehensip telah membahas berbagai gagasan. Dia mengatakan ada lima pandangan tentang masyarakat informasi walaupun masing-masing pandangan tersebut tidak bisa dikatakan sepenuhnya eksklusif dibanding satu sama lainnya. Kelima pandangan ini mewakili perspektif: (1) teknologis; (2) ekonomis; (3) ketenagakerjaan; (4) spasial; dan (5) kultural. Pandangan Machlup di atas bisa dimasukkan ke dalam perspektif ekonomis, terutama karena dia melihat kecenderungan meningkatnya industri yang berkaitan dengan informasi dan bertambahnya peran informasi dalam proses ekonomisasi kehidupan. Tapi ia juga bisa dilihat dari perspektif ketenagakerjaan, karena Machlup termasuk juga Poratt, mempersoalkan profesi atau pekerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan informasi.

Pandangan pertama yaitu teknologis: sudut pandang teknologis adalah yang paling populer. Para teoritisi di kelompok ini menekankan pada revolusi spektakuler di bidang teknologi informasi yang telah menghasilkan pertumbuhan besar-besaran dalam penggunaan komputer di hampir segala bidang kehidupan. Ide dasar yang dikemukakan oleh penganut pandangan ini ialah bahwa komputer telah melakukan terobosan sangat berarti dalam pengolahan, penyimpanan dan penyebaran informasi. Akibat dari kemajuan yang sangat pesat maka teknologi ini menjadi bagian dari segala macam aplikasi mulai dari mesin pengolah kata (word processor), mesin-mesin pabrik, alat-alat kantor, alat-alat rumah sakit, mainan anak-anak, dsb. Tidak heran jika kemudian banyak orang menjadikan fakta sebagai landasan untuk mengasumsikan bahwa keseluruhan aspek kehidupan manusia akan segera berubah setelah berkenalan dengan komputer. Dengan segera orang mempopulerkan ide ini lewat berbagai tulisan yang pada akhirnya mendukung asumsi bahwa mesin micro yang amat kecil telah mengubah masyarakat menjadi sebuah ”peradaban baru” yaitu peradaban masyarakat informasi.

Pada dunia perpustakaan, teknologi yang diaplikasikan lewat sebuah computer termasuk bagian yang tidak dapat dipisahkan dan diabaikan dalam mengoperasikan perpustakaan, karena di semua bidang, layanan, dan administrasi perpustakaan membutuhkan teknologi untuk mempermudah dalam menjalankan segala bentuk kegiatan yang ada di perpustakaan, ambil contoh untuk layanan opac, layanan opac sekarang sudah menggunakan teknologi dengan softwere dan hardwere yang sudah ditentukan sebelumnya, opac disini merupakan aplikasi atau alat untuk temu kembali koleksi yang berguna sebagai alat untuk mempercepat dan membantu user dalam pengoperasian layanan perpustakaan. Dan banyak lagi contoh pentingnya teknologi dalam menjalankan organisasi perpustakaan.
Pandangan kedua yaitu Ekonomi: seperti yang dikatakan oleh mahclub yang cenderung melihat kecenderungan meningkatnya industri yang berkaitan dengan informasi dan bertambahnya peran informasi dalam proses ekonomisasi kehidupan. machlub melihat masyarakat informasi dari lima indikator: (1) pendidikan; (2) media komunikasi; (3) mesin informasi; (4) layanan informasi; dan (5) penelitian dan pengembangan. Machlub memandang bahwasannya masyarakat informasi itu dilihat dari segi ekonomi masyarakat tersebut, dalam artian dengan informasi yang ada akan mengakibatkan meningkatnya ekonomi, begitu juga sebaliknya dengan tidak adanya peran informasi, maka ekonomi tidak akan meningkat.

Dalam dunia perpustakan, dapat diasumsikan ekonomi merupakan hasil dari masyarakat informasi, dengan asumsi perpustakaan sebagai tempatnya informasi akan berdampak baik jika adanya masyarakat informasi. Karena masyarakat informs dapat diasumsikan sebgai masyarakat yang hidup dengan informasi, semua sector membutuhkan informasi untuk mengerjakannya.
Pandangan yang ketiga yaitu ketatanegaraan: merupakan bagian penting dari masyarakat informasi, dalam artian informasi diguanakan sebagai dasar untuk mengambil sebuah kabijakan. Oleh karena itu, peran informasi dalam prihal ketatanegaraan tidak dapat dianggap sepele. Biasanya sebuah berita atau informasi yang bersifat global dan sudah diketahui oleh banyak pihak akan cenderung dibenarkan meskipun itu salah, khusunya pada Negara yang bersifat demokratis seperti Indonesia ini. Dalam oraganisasi perpustakaan, informasi digunakan sebagai bentuk implementasi dari pengorganisasian perpustakaan, disamping itu perpustakaan sebagai pusat informasi juga membutuhkan informasi untuk memberikan atau menciptakan sebuah ide kreatif dalam urusan ketatanan perpustakaan internal, maupun internal. Hal ini dapat dicontohkan seperti strategi pemasaran internal maupun eksternal. Maksudnya adalah sebelum perpustakaan mengimplementasikan dan menentukan kebijakan strategi pemasaran tersebut, maka terlebih dahulu perpustakaan membutuhkan informasi mengenai user/pengguna akan informasi apa saja yang dibutuhkan, karakteristik user seperti apa dan lain sebagainya.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright NANTAKU 2010 -2011 | Design by DuaKutub | Published by Tangga Karir | Powered by Blogger.com.